Laman

Bukti Penelitian Ilmiah Khasiat Biji Mahoni sebagai Obat Anti Diabetes

Uji Efektivitas dan Toksisitas Ekstrak Alkohol Biji Mahoni (Swietenia macrophylla King) sebagai Obat Anti Diabetes Gray literature from JKPKBPPK / 2002-11-29 11:12:00
Oleh : M. Masjhoer, Medical Faculty, Diponegoro University
Dibuat : 2001-03-30, dengan 0 file

Keyword : Swietenia macrophylla King; toxicity; diabetes mellitus; plant extracts; alcohol; Warta Litbang Kesehatan
Subjek : PLANT EXTRACTS; DIABETES MELLITUS
Sumber pengambilan dokumen : Warta Litbang Kesehatan, Vol. 5 (1) 2001

Diabetes melittus merupakan penyakit kronis metabolik yang memerlukan pengelolaan seumur hidup baik pengobatan farmakologis maupun non farmakologis. Salah satu masalah adanya besarnya biaya pengobatan jangka panjang, sehingga perlu mencari obat anti diabetes yang relatif murah dan terjangkau masyarakat. Sebagai salah satu alternatif adalah dengan menggali khasanah budaya bangsa melalui penelitian tentang obat tradisional yang sudah lama digunakan masyarakat Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan berkhasiat tidaknya ekstrak alkohol biji mahoni sebagai bahan hipoglikemia dan menentukan keamanan penggunaanya lewat uji toksisitas akut dengan menentukan besarnya LD-50.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorik, dengan rancangan pre test-post test design. Jumlah sampel 75 ekor tikus Galur Weistar umur 2-3 bulan yang dikelompokkan secara acak masing-masing 4 ekor/kelompok untuk uji efektivitas dan 5 ekor/kelompok untuk uji toksisitas. Uji toksisitas akut menggunakan cara Carrol S Weil. Ekstrak alkohol biji mahoni disiapkan dalam 4 besaran dosis kelipatan 10, yaitu 3.2; 32; 320 dan 3200/100 BB tikus. Diberikan peroral dengan sonde lambung, kemudian gejala 48 timbul diamati tiap 15 menit selama 3 jam dan jumlah yang mati dihitung setelah 24 jam. Uji efektivitas dengan cara tes foleransi glukosa, yaitu membandingkan uji toleransi glukosa tikus normal yang diberi ekstrak biji mahoni dosis 0,032; 3,2; 32 dan 320 mg/100 BB tikus, berdasarkan dosis lazim penggunaanya di masyarakat.

Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol biji mahoni dosis 3,2 mg/100 BB hewan coba, setara dengan dosis lazim yang digunakan masyarakat, menyebabkan penurunan kadar glukosa darah paling optimal pada tikus normal yang mengalami perlakuan uji toleransi glukosa. Besarnya efek hipoglikemik ekstrak alkohol biji mahoni paling baik terjadi pada 1 jam setelah pemberian dan mulai berkurang efektivitasnya setelah 3 jam.

sumber : http://digilib.itb.ac.id

Mengulas Sejarah Penyakit Diabetes Mellitus

Sejarah penyakit diabetes sebenarnya telah terdokumentasi selama ribuan tahun.

Dari pertama ditemukan hingga saat ini, telah banyak terobosan dilakukan berkaitan dengan penyakit ini.

Diabetes: Pada Mulanya

Penyebutan pertama tentang diabetes terjadi pada tahun1552 SM, ketika Hesy-Ra, seorang dokter Mesir, mendokumentasikan sering buang air kecil sebagai gejala penyakit misterius yang juga menyebabkan penderitanya menjadi kurus.

Penyembuh kuno juga mencatat bahwa semut sepertinya tertarik pada urin orang yang memiliki penyakit ini.

Pada tahun 150 M, Arateus, dokter Yunani menggambarkan apa yang sekarang kita sebut diabetes sebagai “lelehan daging tubuh dan anggota badan ke dalam urin.”

Sejak saat itu, dokter mulai mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang diabetes. Berabad-abad kemudian, untuk mendiagnosa diabetes, orang harus langsung mencicipi air seni.

Jika urin terasa manis, maka orang tersebut disimpulkan menderita diabetes. Pada tahun 1675 kata “mellitus,” yang berarti madu, ditambahkan ke nama “diabetes.”

Pada tahun 1800-an para ilmuwan berhasil mengembangkan tes kimia untuk mendeteksi keberadaan gula dalam urin.


Diabetes: Perawatan Dini

Semakin lama dokter makin tahu tentang penyakit diabetes. Dulu, perawatan diabetes mencakup anjuran sering menunggang kuda yang dianggap mampu mengurangi buang air kecil yang berlebihan.

Pada 1700 dan 1800-an, dokter mulai menyadari bahwa perubahan pola makan bisa membantu pengelolaan diabetes.

Mereka menyarankan pasien untuk melakukan hal-hal seperti makan lemak dan daging hewan atau mengonsumsi gula.

Selama Perang Perancis-Prusia tahun 1870-an, dokter Prancis Apollinaire Bouchardat mencatat bahwa kondisi pasien diabetes membaik setelah diberi ransum tentara.

Pada tahun 1916, ilmuwan Boston Elliott Joslin menerbitkan buku berjudul Perawatan Diabetes Mellitus yang menguraikan bahwa diet puasa (fasting diet) dikombinasikan dengan olah raga teratur dapat secara signifikan mengurangi risiko kematian pada pasien diabetes.

Saat ini, dokter masih menggunakan prinsip-prinsip yang ditemukan Joslin untuk merawat pasien diabetes.


Diabetes: Bagaimana Insulin Ditemukan

Terlepas dari segala penemuan di atas, sebelum insulin ditemukan, diabetes hampir pasti menyebabkan kematian.

Terobosan besar pertama perihal penggunaan insulin untuk mengobati diabetes terjadi pada tahun 1889.

Saat itu Oskar Minkowski dan Joseph von Mering, peneliti di Universitas Strasbourg di Perancis, menunjukkan bahwa anjing yang diambil pankreasnya bisa terkena diabetes.

Pada awal 1900-an, Georg Zuelzer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa menyuntikkan ekstrak pankreas dapat membantu mengontrol diabetes.

Pada tahun 1920, Frederick Banting, seorang dokter di Ontario, Kanada, menjadi orang pertama yang menggunakan insulin untuk mengobati diabetes.

Banting dan timnya akhirnya berhasil mengobati pasien diabetes dengan insulin pada tahun 1922 dan dianugerahi Hadiah Nobel Kedokteran tahun berikutnya.